Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh James Banks

Jalan Allah yang Tidak Terduga

Pendeta Jonathan Edwards menyipitkan mata dan mendekatkan teks khotbah ke wajahnya agar dapat membaca tulisan di depannya. Rabun jauhnya sangat parah dan beliau membaca setiap kalimat yang telah disusunnya secara cermat dengan suara monoton yang membosankan. Namun, Roh Allah bekerja melalui khotbah hamba-Nya itu untuk mengobarkan api Kebangunan Rohani Besar Pertama dan membawa ribuan orang beriman kepada Kristus.

“Segala Sesuatu Melawan Aku”

“Pagi ini saya kira saya punya banyak uang; tetapi sekarang saya bahkan tidak yakin apakah saya punya satu dolar saja.” Mantan presiden AS Ulysses S. Grant mengucapkan kata-kata tersebut pada hari ia ditipu oleh seorang rekan kerja dan kehilangan seluruh tabungan yang telah ia kumpulkan sepanjang hidupnya. Beberapa bulan kemudian, Grant didiagnosis menderita kanker yang tidak bisa disembuhkan. Dalam kekhawatiran soal menafkahi keluarganya, Grant pun menerima tawaran penulis Mark Twain untuk menerbitkan buku memoarnya, yang kemudian berhasil diselesaikannya seminggu sebelum ia meninggal dunia.

Hadiah Dorongan Semangat

“Lebah-lebahmu lepas!” Istri saya menjulurkan kepala di pintu dan menyampaikan berita yang tidak ingin didengar oleh peternak lebah mana pun. Saya berlari keluar dan mendapati ribuan lebah terbang dari sarangnya ke puncak sebuah pohon pinus yang tinggi, dan tidak pernah kembali lagi.

Harapan Melampaui Konsekuensi

Pernahkah Anda melakukan sesuatu saat marah dan kemudian Anda menyesalinya? Ketika putra saya bergumul dengan masalah kecanduan narkoba, saya pernah mengucapkan kata-kata kasar sebagai reaksi atas pilihannya. Kemarahan saya justru membuatnya semakin putus asa. Namun, akhirnya ia bertemu orang-orang percaya yang membagikan kehidupan dan harapan dengannya, dan ia pun kemudian terbebas dari kecanduannya.

Taman Milik Allah

Di depan rumah saya tumbuh tanaman yang mengingatkan saya tentang betapa indah dan singkatnya hidup manusia. Musim semi lalu, istri saya menanam moonflower (bunga terulak), tanaman yang dinamakan demikian karena bunganya yang besar dan bundar berwarna putih mirip bulan purnama. Bunganya hanya mekar satu malam lalu layu di bawah cahaya matahari pagi dan tidak akan berbunga lagi. Namun, tanaman itu subur, sehingga setiap malam tersaji bunga-bunga baru. Kami menikmatinya saat berangkat atau pulang setiap hari, sambil membayangkan seperti apa keindahan baru yang akan menyambut kami saat kembali ke rumah.

Memegang Pengharapan

“Aku tahu Ayah akan pulang karena ia mengirimi aku bunga.” Itulah yang dikatakan adik saya yang berusia tujuh tahun kepada ibu kami ketika Ayah dilaporkan hilang dalam perang. Sebelum Ayah berangkat, ia sudah memesan karangan bunga untuk dikirimkan pada hari ulang tahun adik saya, dan karangan itu tiba ketika Ayah sedang hilang. Namun, adik saya benar: Ayah memang pulang, setelah menghadapi pertempuran yang mengerikan. Hingga berpuluh-puluh tahun kemudian, adik saya tetap menyimpan vas yang menjadi wadah bunga tadi untuk mengingatkan dirinya agar selalu memegang pengharapan.

Anjing yang Salah Dimengerti

Surat kabar menyatakan bahwa Pep telah membunuh kucing milik istri gubernur, padahal Pep tidak melakukannya. Satu-satunya kesalahan yang mungkin Pep lakukan adalah menggigiti sofa di rumah sang gubernur.

Ingat untuk Memuji

Ketika gedung gereja kami yang pertama masih dibangun, jemaat menuliskan ucapan syukur sebagai pengingat pada kerangka dinding dan lantai beton sebelum bagian dalam gedung selesai dikerjakan. Jika Anda melepaskan lapisan penutup dinding dari kerangkanya, Anda akan menemukan tulisan-tulisan itu di sana. Ayat-ayat Kitab Suci ditulis di samping ungkapan-ungkapan pujian seperti “Tuhan, Engkau sangat baik!” Kami membiarkan tulisan- tulisan itu tetap di sana sebagai kesaksian bagi generasi mendatang, bahwa terlepas dari berbagai tantangan yang kami hadapi, Allah telah begitu baik dan memelihara kami.

Saulus, Saudaraku

“Tuhan, tolong utus aku ke mana saja kecuali ke sana.” Begitulah doa saya saat remaja, sebelum mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri selama satu tahun. Saya tidak tahu ke mana saya akan pergi, tetapi tahu ke mana saya tidak ingin pergi. Saya tidak mengerti bahasa di negara tersebut, dan pikiran saya dipenuhi prasangka terhadap kebiasaan serta penduduk di sana. Jadi, saya meminta Allah agar mengirim saya ke tempat lain.